Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti
cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh
yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling
umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis
('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut
seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang
merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
a. Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain
:
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Antijamur peroral
Amphotericin
dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap
melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi
Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan.
itraconazole,
fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke
dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya
tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
Terbinafine
umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh
jenis jamur tinea.
Fluconazole
umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
c. Antijamur injeksi
Amphotericin,
flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti
jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Infeksi jamur sistemik
- Amfoterisin B
- Flusitosin
- Ketokonazol
- Itakonazol
- Fluconazol
- Kalium Iodida
2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)
AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi
streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang
terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan
beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Salah satu penyebab efek toksik yang
ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.
Farmakokinetik
Absorbsi
: sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh
kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase
kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan
tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.
Ekskresi :
obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah
yang diberikan.
Efek samping
·
Infus : kulit panas, keringatan, sakit
kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan
penurunan faal ginjal.
·
50% penderita yang mendapat dosis awal
secara IV akan mengalami demam dan menggigil.
·
Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
·
Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à
pemberian kalium.
·
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan
bersama flusitosin.
Indikasi
·
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti
koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
·
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk
blastomikosis.
·
Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.
Sediaan
·
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
Dosis
·
Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil
(kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan
bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
·
Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup
efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan
bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan
Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah
mengalami fluorinasi
Mekanisme
kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan
dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi
5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil
Farmakokinetik
·
Absorbsi : diserap dengan
cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama
makanan
memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang.
Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi alumunium
hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.
·
Distribusi :didistribusikan
dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi
mendekati total cairan tubuh.
·
Ekskresi : 90%
flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara
200-500µg/ml.
·
Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar
ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.
·
Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan
sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada
penderita insufisiensi ginjal.
Efek samping
·
Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan
trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang
sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita
dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
·
Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
·
Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT,
hepatomegali.
·
Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
Indikasi
·
infeksi sistemik, karena selain kurang
toksik obat ini dapat diberikan per oral.
·
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada
kromoblastomikosis
Sediaan dan dosis
·
Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
·
Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam
4 dosis.
Ketokonazol.
Mekanisme kerja
·
Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan
biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran.
Farmakokinetik
·
Absorbsi
: diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang
cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui
saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada
pemberian bersama antasid.
·
Distribusi
: ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
·
Ekskresi
: Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen
usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin,
semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
Efek samping
·
Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
·
Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
·
ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia,
parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.
Indikasi
·
Ketokonazol terutama efektif untuk
histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.
Kehamilan dan
laktasi
Obat ini
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80
mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.
Itrakonazol
Mekanisme kerja
·
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim
yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini
menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam
sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan
dengan membran
Farmakokinetik
·
Itrakonazol akan diserap lebih sempurna
melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari
selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
·
Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam
(setelah 15 hari pemakaian).
Sediaan dan dosis
·
Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
·
Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x
100mg/hari selama 2-8 minggu
·
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x
200 mg/hari selama 3 hari.
·
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
·
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.
Efek samping
·
Kemerahan,
·
pruritus,
·
lesu,
·
pusing,
·
edema,
·
parestesia
·
10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu
dihentikan
Indikasi
·
Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk
indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis,
histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut
dan tenggorokan serta tinea versikolor.
Flukonazol
Farmakokinetik
·
Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya
makanan ataupun keasaman lambung.
·
Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
·
Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90%
bersihan ginjal.
Sediaan dan dosis
·
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral
dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.
·
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
·
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.
Efek samping
·
Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak
·
Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.
Indikasi
·
Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis
oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B.
Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada
penderita AIDS.
Kalium Iodida
·
Kalium Iodida adalah obat terpilih
untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis
Efek samping
·
mual
·
rinitis
·
salivasi
·
lakrimasi
·
rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
·
iritasi pada mata
·
sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
DOSIS
·
Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh
(1g/ml).
·
Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
·
Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai
sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi
Anti jamur untuk infeksi topikal
·
Griseofulvin
·
Imidazol dan Triazol
·
Tolnaftat
·
Nistatin
Griseofulvin
·
Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur
yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan pertama kali
diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan
penyakit dermatophytosis
Mekanisme Kerja
·
Griseofulvin à kelompok obat fungistatis yang mengikat
protein-potein mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.
·
Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam
nukleat.
Farmakokinetik
·
Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada
saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air.Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan
bersama makanan berlemak
·
Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira
1 µg/ml setelah 4 jam.
·
Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah
6-metilgriseofulvin.
·
Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan
dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
Efek samping
·
Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila
terapi dilanjutkan.
·
Sakit kepala àkeluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang
biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
·
artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia,
berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi
rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi.
·
Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema
multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.
Indikasi
·
Efektif untuk infeksi jamur di kulit,
rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan
Epidermophyton.
Sediaan dan dosis
·
Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet
berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125 mg/ml.
·
Pada anak griseofulvin diberikan 10
mg/kgBB/hari
·
Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis
tunggal.
·
Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis
yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam
Kontaindikasi
·
Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada
pasien penderita penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi
hati
IMIDAZOL DAN
TRIAZOL
·
Anti jamur golongan imidazol mempunyai
spektrum yang luas. Yang termasuk kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol,
ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.
MIKONAZOL
·
Mikonazol merupakan turunan imidazol
sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik
terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit.
Mekanisme
Kerja
·
Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas
membran sel jamur meningkat
Farmakokinetik
·
Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..
·
Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam
CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke dalam
peritoneal dan cairan persendian.
·
Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi
yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran
dengan komposisi yang tidak berubah pula.
·
Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam
usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif
Indikasi
·
Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis
mukokutan.
Efek samping
·
Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian
terapi.
Sediaan dan dosis
·
Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan
bedak tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.
Indikasi
·
Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal
diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7
hari.
·
Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.
1 komentar:
A Comprehensive Guide to Baccarat in Texas - FEBCASINO
In Texas, where players can play on the side bets, 메리트 카지노 쿠폰 If you want to take febcasino part in one of these tournaments, you'll also have some additional options. 메리트 카지노
Posting Komentar