Minggu, 09 Maret 2014

ANTI TUBERKULOSIS


ANTI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis ( TBC atau TB ) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobakterium tuberculosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk benjolan – benjolan kecil di paru – paru dan ditularkan lewat organ pernapasan. Kuman TBC pertama kali di temukan oleh dr. Robert Koch (1982). Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih ini lebih sering menginfeksi organ paru-aru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua,muda,laki-laki,perempuan,kaya, atau miskin) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya di sebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0.2 - .065%. sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus ( 256 kasus/100.000 penduduk ), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
                Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakterimicobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal jua sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru – paru kadang di sebut sebagai Koch Pulmonum ( KP ). Sampai saat ini di indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil korban, jal ini di sebabkan oleh :
1.       Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat
2.       Perumahan yang tidak memenuhi syarat ( ventilasi dan masuknya cahaya matahari )
3.       Kebersihan/hygiene
4.       Kurang gizi / gizi kurang baik


Cara Penularan Penyakit TBC
                Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakterimicobakterium tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak – anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalm paru – paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulahinfeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti : paru-paru, otak, ginjal,saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dll, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru – paru.
                Saat micobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru – paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk giobular (bulat). Biasanya melalui  serangkaian reaksi imunologi s bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding itu oleh sel – sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadidormant (istirahat). Bentuk – bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rotgen.
                Pada sebagian orang dengan system imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang  dengan system kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru – paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi Sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi  sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
                Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi social ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemic dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah / menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan factor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC
                Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose secara klinik.
Gejala Sistemik/umum
1.       Deman tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan di malam hari di sertai keringat malam. Kadang – kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
2.       Penurunan nafsu makan dan berat badan
3.       Batu – batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
4.       Perasaan tidak enak (malise), lemah
Gejala Khusus
1.       Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
2.       Kalau ada cairan dirongga pleura ( pembungkus paru-paru ), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
3.       Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4.       Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira – kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberculin positif. Pada anak usia 3 tahun – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, di laporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
        Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :
Ø  Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Ø  Pemeriksaaan fisik
Ø  Pemeriksaan laboratorium ( darah, dahak, cairan otak )
Ø  Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
Ø  Rontgen dada ( thorax photo)
Ø  Uji tuberculin
Bagaimana mencegah agar tidak tertular kepada orang lain
1.       Penderita tuberculosis paru :
Ø  Minum obat secara teratur sampai selesai
Ø  Menutup mulut waktu bersin atau batuk
Ø  Tidak meludah di sembarang tempat
Ø  Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau ditempat yang diisi sabun atau karbol/lisol
2.       Untuk keluarga
Ø  Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
Ø  Buka jendela lebar – lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk
Ø  Kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari
3.       Pencegahan yang lain
Ø  Imunisasi pada bayi
Ø  Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
Ø  Memberikan vaksin  BCG ( Basil Calmette Guerin )
Ø  Reaksi Mantoux yaitu penyuntikan yang dilakukan di lengan atas dengan tuberculin ( fiktrat dari pembiakan basil TBC ). Bila di tempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
                Sebelum ditemukan obat – obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan Vitamin A.
                Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu cukup lama.
Pengobatan terdiri dari 2 fase :
1.       Fase intensif terdiri dari isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan. Untuk mencegah resistensi dapat ditambahkan etambutol
2.       Fase pemeliharaan menggunakan isoniazid dan rifampisin selama 7 bulan lagi, sehingga seluruh masa pengobatan menjadi 9 bulan.
studi baru memperlihatkan bahwa kur singkat 6 bulan yakni 2 bulan dengan 4 obat dan 4 bulan dengan 2 obat sama efektifnya
Tujuan pengobatan kombinasi
1.       Mencegah resistensi
2.       Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal
3.       Mengurangi efek samping
Tuberkulostatik dibagi dalam 2 golongan :
a.       Obat primer : isoniazid, rifampisin, pirazinamida, etambutol, streptomisin ( kanamisin,amikasin). Obat – obat ini paling efektif dengan toksisitas paling rendah, tapi harus dikombinasi untuk mencegah resistensi.
b.      Obat sekunder : klofazimin, flourkinolon, sikloserin, rifabutin, dan PAS. Obat – obat ini mempunyai kegiatan lebih lemah, dan hanya di gunakan bila terjadi resistensi.
Informasi obat dengan resep dokter :
1.       Rifampisin
indikasi                                 Pengobatan tuberculosis, lepra dan meningitis
Efek samping                     mual, muntah, diare, pusing, gangguan pengelihatan
Peringatan                          perlu penerangan rifampisin menyebabkan warna merah pada urin, 
tinja, liur, dahak, keringat dan air mata
sediaan                                                kapsul 300mg, 450mg, kaptab 600mg
2.       Ethambutol
Indikasi                                 Tuberkilosis dengan kombinasi bersama obat lain
Efek samping                     Neuritis optic, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
Sediaan                                Tablet 250mh & 500mg
Cara penyimpanan          Wadah kedap udara
3.       Isoniazid
Indikasi                                 Tuberkulosis, kombinasi obat lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat
dibanding obat lain
Efek samping                     neuritis perifer ( gangguan saraf dengan gejala kejang – kejang ) yang
dapat dicegah dengan pemberian pyridoxine ( vitamin B6). INH kalau
digunakan sebagai obat tunggal, resistensinya sangat cepat
Sediaan                                                tablet 100mg & 300mg
4.       Pirazinamid
Indikasi                                 tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lai, khasiatnya diperkuat
oleh isoniazida
Efek samping                     Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan hati ) terutama pada dosis lebih
dari 2g/ hari
Sediaan                                Tablet 500mg
Cara penyimpanan          wadah kedap udara terlindung dari sinar

Spesialite obat – obat TBC

No
Generik dan Latin
Dagang
Pabrik
1
Isoniazid
INH Ciba
Pehadoxin
Inoxin
Sandoz
Phapros
Dexa Medica
2
Rifampisin
Rif
Rifamtibi
Armoxindo
Sanbe
3
Pirazinamid
Pezeta-Ciba 500
Prazina
Sandoz
Armoxindo
4
Ethambutol HCL
Cetabutol
Etibi
Soho
Rocella
5
Isoniazida + Vit B6
Pehadoxin
Inoxin
Phapros
Dexa Medica
6
INH + Vit B+ Ethambutol
Intam 6
Metham
Mycotambin-INH forte
Aventis
Promed Rahardjo
United American
7
Rifampicin + INH
Rimactazid
Ramicin-Iso
Sandoz
Westmont Medifarma


0 komentar:

Posting Komentar