ANTI
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis ( TBC atau TB )
adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobakterium
tuberculosis, yang pada umumnya dimulai dengan membentuk
benjolan – benjolan kecil di paru – paru dan ditularkan lewat organ pernapasan.
Kuman TBC pertama kali di temukan oleh dr. Robert Koch (1982). Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih ini lebih sering menginfeksi organ paru-aru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang
siapa saja (tua,muda,laki-laki,perempuan,kaya, atau miskin) dan dimana saja.
Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya di sebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang
dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi
TBC di Indonesia berkisar antara 0.2 - .065%. sedangkan menurut laporan penanggulangan
TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada
tahun 2002 mencapai 555.000 kasus ( 256 kasus/100.000 penduduk ), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakterimicobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal jua sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut di beri nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada
paru – paru kadang di sebut sebagai Koch Pulmonum ( KP ). Sampai saat ini di
indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil
korban, jal ini di sebabkan oleh :
1. Masih
kurangnya kesadaran untuk hidup sehat
2. Perumahan
yang tidak memenuhi syarat ( ventilasi dan masuknya cahaya matahari )
3. Kebersihan/hygiene
4. Kurang
gizi / gizi kurang baik
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakterimicobakterium
tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak – anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri
ini bila sering masuk dan terkumpul di dalm paru – paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulahinfeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti :
paru-paru, otak, ginjal,saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dll,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru – paru.
Saat micobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru –
paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk giobular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologi s bakteri
TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding itu oleh sel – sel
paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadidormant (istirahat).
Bentuk – bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rotgen.
Pada sebagian orang dengan system imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan system kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di
dalam paru – paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi Sputum (dahak).
Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak
dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi social
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemic dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah / menurun,
virulensi dan jumlah kuman merupakan factor yang memegang peranan penting dalam
terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose
secara klinik.
Gejala Sistemik/umum
1. Deman
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan di malam hari di
sertai keringat malam. Kadang – kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
2. Penurunan
nafsu makan dan berat badan
3. Batu
– batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
4. Perasaan
tidak enak (malise), lemah
Gejala Khusus
1. Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2. Kalau
ada cairan dirongga pleura ( pembungkus paru-paru ), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada
anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang
selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC
dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira –
kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil
uji tuberculin positif. Pada anak usia 3 tahun – 5 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, di laporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
Apabila
dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :
Ø Anamnesa baik
terhadap pasien maupun keluarganya.
Ø Pemeriksaaan
fisik
Ø Pemeriksaan
laboratorium ( darah, dahak, cairan otak )
Ø Pemeriksaan
patologi anatomi (PA)
Ø Rontgen dada (
thorax photo)
Ø Uji tuberculin
Bagaimana mencegah agar tidak tertular kepada orang
lain
1. Penderita
tuberculosis paru :
Ø Minum obat secara
teratur sampai selesai
Ø Menutup mulut
waktu bersin atau batuk
Ø Tidak meludah di
sembarang tempat
Ø Meludah di tempat
yang kena sinar matahari atau ditempat yang diisi sabun atau karbol/lisol
2. Untuk
keluarga
Ø Jemur tempat
tidur bekas penderita secara teratur
Ø Buka jendela
lebar – lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk
Ø Kuman TBC akan
mati bila terkena sinar matahari
3. Pencegahan
yang lain
Ø Imunisasi pada
bayi
Ø Meningkatkan daya
tahan tubuh dengan makanan bergizi
Ø Memberikan
vaksin BCG ( Basil Calmette Guerin )
Ø Reaksi Mantoux
yaitu penyuntikan yang dilakukan di lengan atas dengan tuberculin ( fiktrat
dari pembiakan basil TBC ). Bila di tempat penyuntikan tidak timbul bengkak
merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TBC.
Pengobatan
Sebelum ditemukan obat – obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk
pengobatan terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan
menghilangkan demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi
yang kaya lemak dan Vitamin A.
Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat
seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat
ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung
banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu
cukup lama.
Pengobatan terdiri dari 2 fase :
1. Fase
intensif terdiri dari isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan.
Untuk mencegah resistensi dapat ditambahkan etambutol
2. Fase
pemeliharaan menggunakan isoniazid dan rifampisin selama 7 bulan lagi, sehingga
seluruh masa pengobatan menjadi 9 bulan.
studi baru memperlihatkan bahwa kur singkat 6 bulan
yakni 2 bulan dengan 4 obat dan 4 bulan dengan 2 obat sama efektifnya
Tujuan pengobatan kombinasi
1. Mencegah
resistensi
2. Praktis
karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal
3. Mengurangi
efek samping
Tuberkulostatik dibagi dalam 2 golongan :
a. Obat
primer : isoniazid, rifampisin, pirazinamida, etambutol, streptomisin (
kanamisin,amikasin). Obat – obat ini paling efektif dengan toksisitas paling
rendah, tapi harus dikombinasi untuk mencegah resistensi.
b. Obat
sekunder : klofazimin, flourkinolon, sikloserin, rifabutin, dan PAS. Obat –
obat ini mempunyai kegiatan lebih lemah, dan hanya di gunakan bila terjadi
resistensi.
Informasi obat dengan resep dokter :
1. Rifampisin
indikasi Pengobatan tuberculosis, lepra dan meningitis
indikasi Pengobatan tuberculosis, lepra dan meningitis
Efek
samping
mual, muntah, diare, pusing, gangguan pengelihatan
Peringatan
perlu penerangan rifampisin menyebabkan warna merah pada urin,
tinja, liur, dahak, keringat
dan air mata
sediaan
kapsul 300mg, 450mg, kaptab 600mg
2. Ethambutol
Indikasi
Tuberkilosis dengan kombinasi bersama obat lain
Efek
samping
Neuritis optic, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
Sediaan
Tablet 250mh & 500mg
Cara
penyimpanan Wadah kedap
udara
3. Isoniazid
Indikasi
Tuberkulosis, kombinasi obat lain. Khasiat tuberkulostatik paling kuat
dibanding obat lain
Efek
samping
neuritis perifer ( gangguan saraf dengan gejala kejang – kejang ) yang
dapat dicegah dengan pemberian
pyridoxine ( vitamin B6). INH kalau
digunakan sebagai obat
tunggal, resistensinya sangat cepat
Sediaan
tablet 100mg & 300mg
4. Pirazinamid
Indikasi
tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lai, khasiatnya diperkuat
oleh isoniazida
Efek
samping
Hepatotoksik (menimbulkan kerusakan hati ) terutama pada dosis lebih
dari 2g/ hari
Sediaan
Tablet 500mg
Cara
penyimpanan wadah kedap
udara terlindung dari sinar
Spesialite obat – obat TBC
No
|
Generik dan Latin
|
Dagang
|
Pabrik
|
1
|
Isoniazid
|
INH Ciba
Pehadoxin
Inoxin
|
Sandoz
Phapros
Dexa Medica
|
2
|
Rifampisin
|
Rif
Rifamtibi
|
Armoxindo
Sanbe
|
3
|
Pirazinamid
|
Pezeta-Ciba
500
Prazina
|
Sandoz
Armoxindo
|
4
|
Ethambutol HCL
|
Cetabutol
Etibi
|
Soho
Rocella
|
5
|
Isoniazida +
Vit B6
|
Pehadoxin
Inoxin
|
Phapros
Dexa Medica
|
6
|
INH + Vit B6 +
Ethambutol
|
Intam 6
Metham
Mycotambin-INH
forte
|
Aventis
Promed
Rahardjo
United
American
|
7
|
Rifampicin +
INH
|
Rimactazid
Ramicin-Iso
|
Sandoz
Westmont
Medifarma
|
0 komentar:
Posting Komentar